Rabu, 14 Desember 2011

LASENAS 2011( by.tegoehs)

Catatan Kegiatan Lawatan Sejarah Nasional ke IX di Ambonan

Kegiatan Lawatan Sejarah Nasional  dilaksanakan di Maluku, tepatnya di Pulau Ambon pada tanggal 25 Okt s/d 29 0kt 2011. kegiatan diikuti kira-kira 200 siswa dan guru se-Indonesia yang dibagi dalam 11 BPNST( Balai Pelestarian NIlai Sejarah dan Tradisional)

Baik peserta siswa maupun guru adalah peserta terbaik yang diambil melalui  seleksi yang cukup ketat di tingkat provinsi dan regional.

Agenda Kegiatan:

1. Lawatan ketempat bersejarah di Ambon

2. Temu Tokoh Ambon dan Nasional

3. Dialog Interaktif KEsejarahan

4. Focus Group Discussion

5. Lomba Karya Tulis Sejarah Tk. Nasional

6. Penanaman Pohon Indonesia Peduli

7. Kesenian Multikultur

Dalam catatan penulis kegiatan ini SANGAT LUAR BIASA berkesan. Karena kegiatan ini merupakan sarana yang sangat efektif dalam pembauran dan sosialisasi dengan beragam suku maupun ras di tanah air. Sehingga diharapkan akan muncul kesadaran nasionalisme dan terbentuknya karakter bangsa yang kuat.

Dipilihnya Ambon merupakan langkah yang tepat. Karena dari Ambon-lah NUSANTARA mulai dikenal dan dicari oleh dunia internasioal, sehingga nilai kesejarahannya sangatlah tinggi dalam proses terbentuknya NKRI. Juga bisa menjadi ajang bukti bahwa Ambon sudah aman dari segala bentuk kekacauan, walaupun disana-sini masih ada penjagaan dari pihak kepolisian dan militer, tetapi secara umum Ambon sangat SAFETY untuk dikunjungi. Selain mempunyai nilai kesejarahan yang sangat tinggi, pemandangan alam di ambon sangatlah luar biasa indahnya, keselarasan alam, manusia dan segala penghuninya masih sangat lah terjaga, sangat jauh apabila dibandingkan dengan segala hiruk-pikuk kehidupan di pulau Jawa.

LASENAS DALAM LENSA KAMERA PENULIS

HARI PERTAMA

Pantai Hitu yang sangat indah, menyambut kedatangan rombongan di Ngeri Hitu(photo: by gita)

photo by:gita

Tarian Cakalele sebagai tarian menyambut tamu di Tanah Hitu, tari ini merupakan tari perang dari suku Hitu. tari yang bisa mengundang unsur magis dan mistik sehingga penontonpun bisa kesurupan(photo: by gita)

 

 

Peserta Lasenas: Feby( DIY),  Gita Astyka ( Jateng ) di Benteng Amsterdam yang dibangun oleh Gerard Demer(1642) dan diteruskan oleh Arnold de Vlamming( 1649), merupakan benteng VOC pertama di ambon dlm usahanya untuk memonopoli perdagangan rempah di Ambon.

view from Amsterdam Ground

Melissa Putri, Putri Wisata Indonesia 2011 ikut menemani dalam kunjungan ke Negri Hitu dan Masjid Wapauwe

wap

Masjid Tua Wapauwe yang dibangun pada tahun 1440 Masehi, merupakan masjid tertua di Ambon, dibangun pada masa kejayaan kerajaan Islam Hitu.

 

caka

Gita Astyka, Peserta dari SMAN 1 Wonosobo, Prov. Jawa Tengah sedang menikmati jamuan adat dari Raja Negeri Hitu, Ikan Cakalang segar…..dan tentunya Papeda…..nikmat….

BERSAMBUNG……….

Minggu, 21 Agustus 2011

AJARAN TANTRAYANA

ritual  PANCAMAKARA dari kitab Kali Mantra dan kitab Mahanirvana Tantra jelas disebutkan sebagai berikut :

1. KITAB KALI MANTRA

Sadayam bhaamsaca miinam ca mudraa naithuna se vaca, Ete Pamca Makaaraa syu Mokshadaah Kaluyuge:

"Mabuk, memakan daging, memakan ikan,melakukan meditasi, akan menuntun kepada Moksha pada jaman Kaliyuga ini."

2. KITAB MAHA NIRWANA TANTRA

Pautvaa pitvaa punah pitvaa yaavat patati bhuutale, Punarutyaaya dyai potvaa punarjanma ga vidhate.”

“Minum, teruslah minum hingga kamu terjerembab ke tanah. Lantas berdirilah kembali dan minum lagi hingga sesudah itu kamu akan terbebas dari punarjanma (kelahiran kembali) dan mencapai kesempurnaan. (Moksha).”

Maksud dari ayat yang dipaparkan dalam Kitab Kali Mantra adalah, dengan ritual sebagaimana tersebut dibawah ini, maka akan dicapai Moksha pada jaman Kaliyuga yang tengah berlaku sekarang. Ritual tersebut adalah sebagai berikut :

3. RITUAL UNTUK MENCAPAI MOKSA:

1. MATSYA ( Makan ikan )

“JADILAH SEEKOR IKAN YANG MENYELAMI SUNGAI/LAUTAN KEHIDUPAN. JANGAN MALAH MENOLAK KEHIDUPAN DAN MENINGGALKAN DUNIA”

2. MAMSA ( Makan Daging )

“WALAU MENYELAM DALAM KEDUNIAWIAN, TETAPLAH MENGAWASI LIARNYA DAGING-MU/EGOMU!

3. MADA ( Minum arak hingga mabuk berat )

MINUM DAN REGUKLAH SPIRITUALITAS, WALAU HIDUP DIALAM MATERI. MINUMLAH SPIRITUALITAS ITU HINGGA KAMU MABUK DENGAN-NYA.

4. MAITHUNA ( Melkukan sesuatu dengan nikmat dan maksimal secara bersama-sama di Ulun Setra )

CAPAILAH ORGASME SPIRITUAL, SATUKAN SAKTI/KUNDALNI DENGAN ATMAMU! USAHAKANLAH BENAR-BENAR AKAN HAL INI!

5. MUDRA ( Baru masuk meditasi. Habis Makan, minum dan kebahagiaan )

CAPALAH PELEBURAN DENGAN ASAL USULMU. ITULAH KESEMPURNAAN!

TOKOH PENGIKUT:

KERTANEGARA,raja Singhasari, bahkan raja beserta pengawal, menteri dan wakil-wakilnya semua tewas saat diserang oleh pasukan Jayakatwang. hal itu terjadi karena karena Kertanegara sedang melaksanakan upacara Tantra dengan penjagaan pasukan yang sangat sedikit, karena sebagaian besar pasukan Singhasari sedang melaksanakan EKSPEDISI PAMALAYU.

arca_kertanegara 

ARCA KERTANEGARA

Sabtu, 09 Juli 2011

TRIBUTE TO HISTORY

Ini adalah hasil prestasi, karya & penghargaan lewat karya ilmiah yang bertemakan sejarah.

1. LOMBA KARYA TULIS TENTANG CAGAR BUDAYA DI SONDOKORO

DSC05005

YOKO, kelas XI IPA SMAN 1 Wonosobo

Judul: Kawasan Candi Dieng Sebagai Tujuan Wisata Education

Peringkat: 30 besar

DSC05056

DSC05084

DSC05111

GITA ASTYKA RAHMANDA

KELAS XI IPA 4

JUDUL: PEMANFAATAN BCB SEBAGAI MEDIA TAK BERGERAK

PERINGKAT:JUARA II, Tk. PROVINSI

2. LOMBA KARYA TULIS DI UNGARAN, TEMA: PERJUANGAN TOKOH LOKAL

DSC05679

DSC05680

PRESTASI: JUARA 1, Tk. PROVINSI

3. LAWATAN SEJARAH REGIONAL

DSC_0941

 

DSC_0954

HASIL: JUARA 1 Tk PROV. JAWA TENGAH DAN MAJU KE TINGKAT NASIONAL DI AMBON

DSC_0962

Prof.Dr.Innajati, Dr.Margono, Teguh. S S. Pd, Gita Astyka Rahmanda

DSC_0963

WAHHHHH SIAPA LAGI YANG JUARA YA……..JADI MALU

LAWATAN SEJARAH REGIONAL 2011

DIY….JAWA TENGAH…..JAWA TIMUR

TANGGAL 12 s/d 17 JUNI 2011

Lawatan sejarah ini bertujuan sebagai media integrasi bangsa dan sebagai bahan pembentukan karakter bangsa Indonesia yang diyakini mulai luntur bahkan menghilang. Semua hal tersebut sebenarnya dapat di bendung dengan kesadaran diri akan berbangsa dan bernegara yang baik dan benar. Salah satu usaha untuk membentuk karakter bangsa Indonesia bisa melalui kegiatan kunjungan atau lawatan ketempat-tempat yang mempunyai nilai sejarah sebagai bahan renungan kesadaran diri sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang mempunyai peradaban tinggi

DSC_0063

photo: Kontingen Jawa Tengah

A. LAWATAN DI WILAYAH YOGYAKARTA

DSC_0080

Penjelasan Materi oleh Prof.Dr Harry Widiayanto tentang situs manusia purba di Sangiran

DSC_0094

Tim dari Dinas Pariwisata Prov. Jawa Tengah

DSC_0101

Kontingen dari Jawa Tengah

LOKASI 1 ; MASJID & MAKAM RAJA-RAJA di KOTAGEDE

DSC_0113

DSC_0119

DSC_0173

DSC_0203

LOKASI 2:KERATON YOGYAKARTA

DSC_0221

Karawitan dan Panayaga dari Keraton Yogyakarta

DSC_0231

Simbo dan Logo Keraton Yogyakarta Hadiningrat

DSC_0230

DSC_0227

Salah satu peserta Lawatan Sejarah dari SMAN 1 Wonosobo Gita Astyka Rahmanda, yang berhasil mewakili kontingen Jawa Tengah melaju ke tingkat Nasional di Ambon

DSC_0238

Tiket Photografi untuk membantu kelestarian Keraton Yogyakarta Hadiningrat

B. LAWATAN WILAYAH JAWA TENGAH

KAWASAN CANDI PRAMBANAN

DSC_0262

Kawasan candi Prambanan(ciwagrha)

DSC_0263

DSC_0270DSC_0271

DSC_0288DSC_0299

………BERSAMBUNG…………………

Senin, 28 Maret 2011

POSTER TIPE CANDI DI INDONESIA

tipe 2

COVER MATERI POWER POINT

image

KELAS: XI.IPS SEMESTER 2

JUDUL:PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA

image

KELAS:X SEMESTER 2

JUDUL: KEBUDAYAAN DUNIA YANG BERPENGARUH  TERHADAP INDONESIA

image

image

 

image

 

image

                                  by.teguh setiyono/pedulisejarah.blogspot.com

Jumat, 25 Maret 2011

CANDI KEDULAN



Candi Kedulan adalah candi Hindu yang berada tidak jauh dari Candi Sambisari, yaitu di Dusun Kedulan, Kelurahan Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Yogyakarta. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-8 dan ke-9 pada saat zaman Kerajaan Mataram Kuno. Seperti halnya dengan Candi Sambisari, candi ini ditemukan terletak tiga sampai tujuh meter di bawah permukaan tanah, kemungkinan besar karena tertimbun lahar dari gunung Merapi yang diduga kuat meletus secara besar-besaran pada awal abad ke-11 (kira-kira tahun 1006). Karena jenis tanah yang berada di sekitar candi terdiri dari 13 lapisan yang berbeda, maka kemungkinan besar bahwa candi ini tertimbun lahar dalam beberapa kali letusan (13 kali).

Jenis arsitektur dari candi ini terlihat mirip seperti gaya Candi Sambisari dan Candi Ijo. Candi yang mempunyai hiasan berupa relief mulut kala (raksasa) dengan taring bawah ini pertama kali ditemukan di tengah sawah pada tahun 1993 oleh para pencari pasir yang mengeduk pasir untuk bahan bangunan. Pada tahun 2003 di lokasi penggalian tersebut ditemukan dua buah prasasti yang ditulis dalam aksara Pallawa dan bahasa Sansekerta mengenai pembebasan pajak tanah di Desa Pananggaran dan Parhyangan untuk pembuatan bendungan dan irigasi serta pendirian bangunan suci bernama Tiwaharyyan di zaman Kerajaan Mataram Kuno.